Penjajah “Israel” kembali meratakan sejumlah bangunan milik warga Palestina di Al-Quds Timur wilayah al-Tur dan Eisawiya dengan dalih bahwa bangunan-bangunan itu dibangun tanpa lisensi, lansir Ma’an pada Senin (26/8/2013).
Penduduk setempat mengatakan bahwa sejumlah besar pasukan “Israel” termasuk tentara khusus, polisi, dan petugas penjaga perbatasan menggerebek wilayah al-Ein Khallat di al-Tur. Pasukan Zionis Israel menolak akses bagi warga dan wartawan yang hendak memasuki area itu sebelum mereka memaksa dua keluarga untuk segera mengevakuasi rumah mereka sendiri untuk pembongkaran. Kedua keluarga Palestina tersebut hanya diberikan waktu beberapa menit untuk mengeluarkan barang-barang mereka dari dalam rumah.
Zakariyya al-Daya mengatakan kepada Ma’an bahwa tanpa pemberitahuan sebelumnya, pasukan “Israel” tiba-tiba menyerbu rumahnya dan rumah milik saudaranya, Abdul Aziz, lalu memerintahkan keluarga mereka untuk mengevakuasi rumah-rumah mereka sendiri untuk pembongkaran.
Al-Daya menjelaskan bahwa dua rumah seluas 120 meter persegi itu digunakan untuk menampung 12 anggota keluarganya. Rumah-rumah itu dibangun enam tahun lalu di atas tanah pribadinya. Namun, tanpa dasar yang jelas, dewan kota penjajah “Israel” di Al-Quds malah memerintahkan keluarga Al-Daya untuk membayar denda sebesar 20.000 shekel diikuti dengan 60.000 shekel yang dibayar secara cicilan.
Al-Daya kemudian menegaskan bahwa dia telah memperoleh putusan pengadilan untuk menangguhkan perintah pembongkaran sampai Oktober mendatang. Dia mencoba untuk menunjukkan surat keputusan itu kepada pasukan “Israel”, tetapi pasukan brutal itu menolak untuk mendengarkan dia dan malah menyerangnya dengan semprotan merica.
Sementara itu, pasukan penjajah “Israel” juga menghancurkan sebuah bangunan yang sedang dibangun di wilayah yang sama milik Mahir Abu Sbeitan. Seorang anggota komite tindak lanjut Al-Quds, Mufid Abu Ghanam, mengatakan kepada Ma’an bahwa bangunan berlantai dua itu berukuran 250 meter persegi dan terdiri dari empat apartemen.
Dia menekankan bahwa pemerintah “Israel” mencegah warga Palestina membangun rumah baru di tanah pribadi mereka sendiri atau memperbesar rumah mereka. Sementara itu, dia menambahkan, pemukiman “Israel” malah terus diperluas tanpa gangguan apa pun.
“Israel”, menurut Abu Ghannam, menggunakan dalih yang dipaksakan untuk mencegah warga Palestina membangun rumah di al-Tur. Kadang-kadang mereka mengklaim bahwa tanah-tanah itu dilestarikan sebagai cadangan ruang terbuka, maka mereka mengklaim tanah itu telah disita untuk digunakan untuk kepentingan publik. “Ini semua adalah dalih untuk mengambil lahan pemukiman sehingga mereka bisa mempertahankan kontrol di Al-Quds.”
Sebelum “Israel” membangun pemukiman Har Homa di Jabal Abu Ghneim dekat Bethlehem dan Maale Adumim sebelah timur Al-Quds, pemerintah “Israel” mencegah warga Palestina membangun di daerah itu dengan mengklaim bahwa lahan itu didedikasikan untuk membangun taman nasional.
“Tiba-tiba dua pemukiman besar ‘Israel’ telah dibangun di daerah tersebut,” katanya.
Serangan pembongkaran “Israel” lainnya menargetkan desa Eisawiya di mana buldoser-buldoser “Israel” meratakan tiga struktur baja yang digunakan sebagai kandang domba dan halaman skrap. Kandang-kadang itu adalah milik keluarga Natsha, sedangkan halamannya adalah milik keluarga Gheith.
Pasukan “Israel” telah meratakan area milik warga Palestina seluas 2.000 meter persegi dan menumbangkan pepohonan mereka.