Taman Nasional Kutai (TNK) di Kabupaten Kutai Timur memiliki ulin berumur kurang lebih 1.000 tahun dengan diameter 2,47 meter dan tinggi 20 meter merupakan pohon terbesar di dunia. "Kami temukan pertama kali pada tahun 1993. Pohon tersebut, kata Sarjo, kemudian diukur dan saat itu masih berdiameter 2 meter 41 sentimeter dengan tinggi mencapai 20 meter. Kini, diameternya menjadi 2 meter 47 cm," kata Sarjo, pengaman hutan kawasan TNK, Senin (18/3/2013). Sebelumnya, kepada wartawan yang mengikuti "Jurnalism Field Trip" Taman Nasional Kutai, 15--17 Maret 2013, dia juga bercerita mengenai penemuannya itu. "Saat itu, saya menemani seorang peneliti asal Jepang, Putuka Watanabe, yang melakukan penelitian spesies yang ada di Kawasan TNK yang merupakan proyek Kyoto University. Saya melihat saat pulang menemani peneliti itu, kemudian saya sampaikan kepada Putuka Watanabe," katanya. Ia menjelaskan bahwa perkembangan ulin setiap tahun hanya sekitar 0,5 cm sehingga usia pohon diperkirakan kurang lebih 1.000 tahun. "Tingginya saat ini sekitar 20 meter diduga akibat terkena petir yang sebelumnya diperkirakan lebih 30 meter. Kondisi pohon ini masih hidup," kata Sarjo. Untuk mencapai lokasi ulin raksasa tersebut, perjalanan ditempuh dari Kota Samarinda melalui jalur darat menuju ke Kantor Balai TNK di Desa Sangkima, Kabupaten Kutai Timur, dengan jarak tempuh 3--4 jam. Dari Kantor Balai TNK tersebut, perjalanan dilanjutkan dengan "trekking" menelusuri kawasan hutan dengan jarak sekitar 800 meter atau ditempuh dengan berjalan kaki sekitar satu jam lebih. Temuan ulin terbesar dan tertua di dunia itu juga lanjut Sarjo dibenarkan peneliti dari Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan, Profesor Nengah Wirawan. "Pak Prof. Nengah Wirawan yang juga melakukan penelitian di TNK juga membenarkan bahwa pohon itu merupakan ulin tertua di dunia," ungkap Sarjo. Sebanyak 18 wartawan baik lokal maupun nasional yang mengikuti yang mengikuti "Jurnalism Field Trip" Taman Nasional Kutai sempat melakukan pengukuran terhadap ulin tersebut dengan cara saling berpegangan sambil melingkari pohon itu. Dibutuhkan tujuh orang yang saling berpegangan untuk bisa melingkari pohon tersebut. Kepala Balai TNK, Erli Sukrismanto mengakui bahwa keberadaan ulin terbesar itu saat ini masih terus dijaga sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia. "Kita harus bangga sebab ada sebuah pohon terbesar di dunia dan tertua yang sampai saat masih tetap terjaga. Kami berharap, seluruh masyarakat maupun pihak terkait dapat menjaga dan melestarikan keberadaan kayu ulin, khususnya yang terbesar itu sebab selama ini, ulin masih masih menjadi incaran utama para pelaku pencurian kayu," kata Erli Sukrismanto.